Cairan tubuh
dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar
sel dan terdiri dari 3 kelompok, yaitu cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial,
dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam
sistem vaskuler, cairan interstitial adalah cairan yang terletak diantara sel,
sedangkan cairan transeluler adalah cairan sekesi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler dan sekresi saluran cerna.
Zat terlarut
yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan non elektrolit. Non
elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak
bermuatan listrik, seperti protein, urea, glukosa, dan asam-asam organik. Elektrolit adalah senyawa
di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel yang bermuatan (ion)
positif atau negatife, seperti natrium (Na+), kalium (K+),
kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), klorida (Cl-),
bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-),
sulfat (SO42-).
Sebagian besar
proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit. Cairan dan
elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga tubuh tetap sehat. Keseimbangan
cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya.
Konsentrasi
elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan banyak gangguan. Pemeliharaan
tekanan osmotik dan distribusi beberapa kompartemen cairan tubuh manusia adalah
fungsi utama empat elektrolit mayor, salah satunya ialah kalium (K+).
Pemeriksaan keempat elektrolit mayor tersebut dalam klinis dikenal sebagai
”profil elektrolit.
Kalium kation
terbanyak dalam cairan.
Jumlah
kalium dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan antara yang masuk terutama
dari saluran cerna dan yang keluar terutama melalui ginjal. Gangguan
keseimbangan kalium berupa hipo- dan hiper-. Hipo terjadi bila konsentrasi
elektrolit tersebut dalam tubuh turun lebih dari beberapa mili-ekuivalen
dibawah nilai normal dan hiper bila konsentrasinya meningkat diatas normal.
Fisiologi
Kalium
Sekitar 98%
jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel. Konsentrasi kalium
intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar
2%). Jumlah konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar 50-60 per kilogram
berat badan (3000-4000 mEq). Jumlah kalium ini dipengaruhi oleh umur dan jenis
kelamin. Jumlah kalium pada wanita 25% lebih kecil disbanding pada laki-laki
dan jumlah kalium pada orang dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada anak-anak.
Perbedaan kadar kalium di dalam plasma dan cairan interstisial dipengaruhi oleh
keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kalium cairan intrasel dengan
cairan interstisial adalah akibat adanya transpor aktif (transpor aktif kalium
ke dalam sel bertukar dengan natrium).Jumlah kalium dalam tubuh merupakan
cermin keseimbangan kalium yang masuk dan keluar. Pemasukan kalium melalui
saluran cerna tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Orang dewasa pada
keadaan normal mengkonsumsi 60-100 mEq kalium perhari (hampir sama dengan
konsumsi natrium). Kalium difiltrasi di glomerulus, sebagian besar (70-80%)
direabsorpsi secara aktif maupun pasif di tubulus proksimal dan direabsorpsi
bersama dengan natrium
dan klorida di lengkung henle.19-20
Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus gastrointestinal kurang dari 5%,
kulit dan urine mencapai 90%.
Kadar
Kalium dalam Cairan Ekstrasel dan Intrasel
|
Plasma
|
Cairan Intersitial
|
Cairan Intraseluler
|
|
mEq/L
|
mEq/L
|
mEq/L
|
Kalium (K+)
|
4,5
|
5,0
|
140
|
Nilai Rujukan Kalium
Nilai rujukan kalium serum pada:
- serum bayi : 3,6-5,8 mmol/L
- serum anak : 3,5-5,5 mmo/L
- serum dewasa : 3,5-5,3 mmol/L
- urine anak : 17-57 mmol/24 jam
- urine dewasa : 40-80 mmol/24 jam
- cairan lambung : 10 mmol/L
Gangguan Keseimbangan Kalium
Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/L disebut
sebagai hipokalemia dan kadar kalium lebih dari 5,3 mEq/L disebut sebagai
hiperkalemia. Kekurangan ion kalium dapat menyebabkan frekuensi denyut jantung
melambat. Peningkatan kalium plasma 3-4 mEq/L dapat menyebabkan aritmia jantung,
konsentrasi yang lebih tinggi lagi dapat
menimbulkan henti jantung atau fibrilasi
jantung.
Penyebab Hipokalemia
Penyebab hipokalemia dapat dibagi
sebagai berikut :
a. Asupan Kalium Kurang
Orang tua yang hanya makan roti panggang
dan teh, peminum alkohol yang berat sehingga jarang makan dan tidak makan
dengan baik, atau pada pasien sakit berat yang tidak dapat makan dan minum
dengan baik melalui mulut atau disertai oleh masalah lain misalnya pada
pemberian diuretik atau pemberian diet rendah kalori pada program menurunkan
berat badan dapat menyebabkan hipokalemia.
b. Pengeluaran Kalium Berlebihan
Pengeluaran kalium yang berlebihan
terjadi melalui saluran cerna seperti muntah-muntah,
melalui ginjal seperti pemakaian
diuretik, kelebihan hormon mineralokortikoid primer/hiperaldosteronisme primer
(sindrom bartteratau sindrom gitelman) atau melalui keringat yang berlebihan.
Diare, tumor kolon (adenoma vilosa)
dan pemakaian pencahar menyebabkan kalium keluar
bersama bikarbonat pada saluran cerna bagian
bawah (asidosis metabolik).1,3 Licorice (semacam permen) yang mengandung
senyawa yang bekerja mirip aldosteron, dapat menyebabkan hipokalemia jika
dimakan berlebihan
c. Kalium Masuk ke Dalam Sel
Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi
pada alkalosis ekstrasel, pemberian insulin, peningkatan aktivitas
beta-adrenergik (pemakaian β2- agonis), paralisis periodic hipokalemik, dan
hipotermia.
Penyebab Hiperkalemia
Hiperkalemia dapat disebabkan oleh :
a. Keluarnya Kalium dari Intrasel ke
Ekstrasel Kalium keluar dari sel dapat terjadi pada
keadaan asidosis metabolik bukan oleh asidosis
organik (ketoasidosis, asidosis laktat), defisit insulin, katabolisme jaringan meningkat,
pemakaian obat penghambat-β adrenergik, dan pseudohiperkalemia.
b. Berkurangnya Ekskresi Kalium melalui
Ginjal
Berkurangnya ekskresi kalium melalui
ginjal terjadi pada keadaan hiperaldosteronisme,
gagal ginjal, deplesi volume sirkulasi
efektif, pemakaian siklosporin atau akibat koreksi ion kalium berlebihan dan
pada kasus-kasus yang mendapat terapi angiotensin-converting enzyme
inhibitor dan potassium sparing diuretics.
Pseudohiperkalemia dapat disebabkan oleh
hemolisis, sampel tidak segera diperiksa atau akibat kesalahan preanalitik yang
lain yaitu tornikuet pada lengan atas tidak dilepas sebelum diambil darah
setelah penderita menggenggam tangannya berulangkali (peningkatan sampai 2
mmol/L). Jumlah trombosit >500.000/mm3 atau leukosit >70.000/mm3 juga
dapat meningkatkan kadar kalium serum
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
Bahan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
dapat dilakukan pada sampel whole blood, plasma, serum, urine, keringat,
feses, dan cairan tubuh. Pemeriksaan pada whole blood biasanya dilakukan
bersama dengan pemeriksaan pH dan gas darah dan harus segera diperiksa (kurang dari
1 jam). Sampel serum, plasma atau urine dapat disimpan pada refrigerator dalam
tabung tertutup pada
suhu 20C - 80C dan dihangatkan kembali
pada suhu ruangan (150C -300C) sebelum diperiksa.14 Sampel feses harus cair,
disaring dan diputar (sentrifugasi) sebelum dilakukan pemeriksaan.
Metode
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan dengan Metode Elektroda Ion Selektif / Ion Selective
Electrode(ISE)
Metode ISE
mempunyai akurasi yang baik, koefisien variasi kurang dari 1,5%, kalibrator
dapat dipercaya dan mempunyai program pemantapan mutu yang baik.
2. Pemeriksaan dengan Spektrofotometer berdasarkan Aktivasi Enzim
Prinsip
pemeriksaan kalium dengan metode spektrofotometer adalah ion K+ mengaktifasi
enzim trytophanase.
Komentar
Posting Komentar